UPACARA TEING HANG KEPADA LELUHUR DALAM BUDAYA MANGGARARAI
(Tinjauan Antropologis-Teologis)
Kata Kunci:
Teing Hang, Manggarai Culture, Ancestors, Morin, Supreme BeingAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna teologis dalam ritual "teing hang" kepada leluhur dalam budaya Manggarai. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dan pendekatan antropologis-teologis, penulis menganalisis aspek struktural teks upacara tersebut. Hasil analisis struktural dan tekstual menunjukkan bahwa teks upacara "teing hang" mengandung teologi mendalam, setiap kata yang diucapkan memiliki makna teologis. Melalui upacara ini, penutur mengajak masyarakat Manggarai untuk memahami teologi kematian dengan makna simbolik. Penulis menggunakan pendekatan antropologis untuk memahami esensi upacara tersebut melalui pengetahuan tentang pribadi orang Manggarai. Secara umum, penelitian menyimpulkan bahwa upacara "teing hang" bukan bentuk penyembahan berhala, dualisme, atau sinkretisme. Upacara ini membangkitkan kesadaran masyarakat Manggarai terhadap kehidupan setelah kematian dan bahwa hubungan antara hidup (Gereja Musafir) dan yang sudah meninggal (Gereja Jaya dan Gereja Menderita) tidak berakhir dengan kematian. Orang yang telah meninggal dianggap sebagai perantara doa kepada Allah karena status adi-insani mereka, namun peran mereka tidak dapat disamakan dengan peran santosa