RESILIENSI GURU DITINJAU DARI RESILIENSI GURU DITINJAU DARI RESILIENSI GURU DITINJAU DARI RESILIENSI GURU DITINJAU DARI RESILIENSI GURU DITINJAU DARI RESILIENSI GURU DITINJAU DARI RESILIENSI GURU DITINJAU DARI RESILIENSI GURU DITINJAU DARI RESILIENSI GURU
DOI:
https://doi.org/10.63037/ivl.v3i1.59Kata Kunci:
kesadaran , regulasi, transendensi diri, resiliensiAbstrak
Tulisan ini bertujuan untuk menjabarkan bahwa resiliensi merupakan konstruk psikologi yang sangat mendasar yang mestinya dimiliki oleh setiap guru demi suksesnya pengajaran dan pembelajaran yang digelutinya. Resiliensi adalah sesuatu yang harus diperjuangkan secara terus-menerus. la adalah sebuah proses dinamis yang harus diperjuangkan sepanjang masa. Selain itu, resiliensi bukan sesuatu yang dapat berdiri sendri la merupakan hasil kolaborasi dari sejumlah faktor Tulisan ini mau memaparkan tiga macam faktor yang sangat kuat untuk membentuk resiliensi. Ketiga faktor aimaksud adalah: emotion awareness (kesadaran emosi), emotion regulation (regulasi emosi), dan self-transcence relationship (hubungan transenden). Emotion awareness membuat seorang guru senantiasa menyadari (dalam bahasa Jawa-iling) dengan setiap emosi dalam dirinya. Dengan emotion regulation, seorang guru senantiasa berusaha untuk meregulasi atau mengendalikan dan mengarahkan emosinya kepada hal-hal positif. Namun faktanya, tak sedikit emosi yang sudah disadari itu tidak dapat dengan mudah dikendalikan. Bahkan ketika seorang guru sudah dapat masukan dari rekan kerja atau dari kepala sekolah, emosi yang sudah sempat memuncak, masih sulit diregulasi. Untuk itu, guru membutukan faktor yang ketiga, self-transcendence. Dengan transcendental relationship, guru dapat meminta pertolongan Tuhan yang ia imani untuk meregulasi emosinya menjadi positif