INTERPRETASI SANTO PAULUS TENTANG PERKAWINAN DAN SELIBAT MENURUT 1 KORINTUS 7
DOI:
https://doi.org/10.63037/ivl.v3i1.57Kata Kunci:
Paulus, Yahudi,, Perkawinan,, Selibat,, Rahmat,Abstrak
Artikel ini memperkenalkan secara singkat pandangan Paulus tentang Perkawinan dan Selibat (1 Korintus 7). Sebagai seorang Yahudi asli, Paulus dididik secara teliti untuk memahami kum dan budaya leluhurnya. Berkenaan dengan itu tentang dirinya dia berkata: "paling Ibrani dari antara orang Ihrani". Karena itu pemikiran Paulus tentang Perkawinan dan Selibat tidak bisa dikirkan tanpa punya kaitan dengan konsep-konsep dan budaya Yahudi. Bagi orang Yahudi, perkawinan adalah rahmat, yakni anugerah yang terberi dari Allah. Tentang perkawinan dan selibat. Paulas tidak membedakan antara keduanya. Keduanya adalah rahmat atau anugerah istimewa dari Allah. Tentang pernyataannya: "kawin itu baik, tetapi tidak kawin itu lebih baik", tidak hendak menegaskan bahwa selibat itu lebih tinggi dari perkawinan. Kalau orang memilih untuk selibat, pilihan itu bukan karena perintah atau komando, melainkan semata-mata karena kerelaan dan pilihan bebas yang berakar pada anjuran atau nasihat. Dengan kata lain Paulus sesungguhnya sedang mempertahankan posisi perkawinan itu sendiri. Dan hal yang dibicarakan di sini bukan persoalan antara yang baik dan yang buruk, melainkan hanya antara yang baik dan yang lebih baik.